PERAN PENTING KEPEMIMPINAN
DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh:
Dr. GM. Sukamto Dn.
MPd.MSi
(Kepala Laboratorium Prodi Pendidikan IPS)
Peranan kepemimpinan
Tiap organisasi yang memerlukan kerja
sama antar manusia menyadari, bahwa masalah yang utama ialah masalah kepemimpinan. Kepada masalah ini perhatian belum cukup banyak dicurahkan.Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra‑ilmiah kepada kepernimpinan yang ilmiah.
Dalam tingkatan pra‑ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman, intuisi dan
kecakapan praktis.Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan seseorang,
sebagai anugerah Tuhan.Karena itu dicarilah orang yang mempunyai sifat‑sifat
istimewa yangdipandang sebagai syarat suksesnya seorang pernimpin.
Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu dipandang sebagaisuatu fungsi, bukan sebagai
kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa
tentang unsur‑unsur danfungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat‑syarat
apayang diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasiyangberbeda-beda.
Pandangan baru ini membawa perubahan besar.Cara bekerja dan sikap seorang
pernimpin dipelajari.Cara melatih pemimpin‑pemimpin diubah.
Orang mempelajari lebih banyak aspek
kehidupan dalam kelompok.Ada yang memusatkan perhatian terhadap hubungan insani
dalam kelompok. Ada pula yang memperhatikan organisasi kelompok, aspek perasaan
atau emosi, struktur kekuasaan dan wibawa antar anggota, proses pengambilan
keputusan, pola komunikasi, fungsi pemimpin dan yang dipimpin.
Hasil berbagai penyelidikan
menjelaskan, bahwa terdapat perubahan dalam konsepsi mengenai sifat kepemimpinan.Karena itumaka kepemimpinan dipandang sebagai suatu
fungsi, bukan sebagai suatu kedudukan atau kepribadian.Jarak antarapemimpin dan
yang dipimpin makin dekat. Status pemimpin dan yang dipimpin pada waktu dan kesempatan
lain dapat berganti. Terbukti dalam banyak kesempatan dan situasi, bahwa
kelompok dapat bekerja dengan lebih efisien dan kooperatif, bila fungsi
pimpinan terbagi antara banyak anggota.Setiap orang dapat menyumbangkan tenaga
dan pikiran sesuai dengan kernampuan masing‑masing dalam mengejar citacita
bersama.
Hasil penyelidikan yang lain ialah
kesadaran, bahwa kelompok itu merupakan suatu organisasi yang tumbuh dan
dinamis, yang memerlukan pimpinan yang berbeda dalam setiap tingkat
perkernbangannya. Setiap kelompok dalam permulaannya bagaikan seorang anak
kecilyang memerlukan bimbingan dari orang tuanya/pemimpin nya.Diperlukan
bantuan untuk menetapkan tujuan, mengatur tugas pekerjaan mengkoordinasikan
usaha tiap anggota dan menghindarkan penyimpangan‑pe nyimpangan.
Dalam tingkatan berikutnya, yaitu
menjelang kedewasaan kelompok berada dalam situasi konflik antara hasrat untuk
bebas merdeka dan rasa takut akan kehilangan lindungan dari orang
tua/pernimpin. Masa ini bertandakan tantangan‑tantangan terhadap pernimpin.
Kelompok yang telah dewasa bekerja
sebagai organisme yang merdeka dan terintegrasikan dengan baik.Kelompok
menerima tanggung jawab, masalah‑masalah dihadapi dengan serius dan
diselesaikan secara objektif.Diadakan pernbagian tugas yang merata sesuai
dengan kecakapan masing‑masing dengan mempergunakan prosedur yang telah
diterima bersama.Perhatian dialihkan dari kepentingan perseorangan/pribadi
kepada kepentingan bersama. Pemimpin yang baik akan menyadari perkernbangan ini
dan akan giat berusaha untuk membantu kelompok mencapai kedewasaannya. Pimpinan
yang tidak menyadari proses pertumbuhan ini atau menolak untuk menyerahkan
kekuasaan, wewenang, pengawasan dan berusaha untuk mempertahankan kelompoknya
dalam keadaan tidak dewasa yang menyandarkan diri pada pelindung. Pemimpin yang
tidak mudah memberikan kekuasaan kepada kelompoknya, akan sangat mengganggu
perturnbuhan, dan tidak sanggup memberikan bantuan yang diperlukan.
Peranan baru
bagipemimpin
Konsepsi baru tentang kepemimpinan
melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin.Titik berat beralih
dari pemimpin sebagai orang yang piembuat rencana, berpikir, dan mengambil
tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang‑orang lain,
kepada anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama ialah pelatih dan
koordinator bagi kelompok.
Fungsinya yang utama ialah
membantu.kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien.
Dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan‑bantuan
yang khas.
1. Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim
sosial yang baik. Kalau ia memandang dirinya sebagai seorang supervisor dan
mulai "merajai" anggota‑anggota yang lain, maka ia akan menciptakan
suasana bersaing, bermusuhan, formal‑formal an, menjauhkan diri, melontarkan
kritik, dan salah‑menyalahkan.
Sebaliknya seorang pemimpin
yang menganggap dirinya sebagai seorang yang mengharapkan kerja sama, dengan
memilikifungsi yang khusus, dengan sikap yang didasarkan atas penghargaan
terhadap nilai integritas, akan berhasil untuk menciptakan suasana persaudaraan,
kerja sama, dengan penuh rasa kebebasan.
Sikap yang demikian
akan menumbuhkan iklim, di mana kelompok akan mencapai kepribadian yang dewasa
dan demokratis dengan pembagian tanggung jawab yang seimbang.
2. Pemimpin membantu kelompok untuk
mengorganisasikan diri. Ia bertanggung jawab dan ikut serta dalam memberikan
perangsang dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan
tujuannya. la berusaha agar para anggota bekerja sama, baik dalam perencanaan,
maupun dalam pelaksanaannya dengan menetapkan tugas kelompok dan kewajiban tiap‑tiap
anggota.
3. Pemimpin membantu kelompok dalam
menetapkan,prosedur-prosedur kerja. Efisiensi kerja memerlukan prosedur yang
tepat.Prosedur dengan sidang paripurna seringkali dirasakan kaku dalam iklim yang
demokratis.Karena itu pemimpin harus membantu kelompok dalam menganalisa
situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan
efektif.
Dalam suatu
kesempatan prosedur diskusi dengan menerima.secara aklamasi memang
merupakan'suatu jalan yang baik. Dalam situasi yanglain pembagian dalam panitya‑panitya
adhoc mungkin dirasakan lebih produktif.
Seorang pemimpin
harus dapat dipandang sebagai "ahli prosedur".
4. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil
keputusan bersama dengan kelompok. Meskipun pemimpin bebas untuk mengajukan
pertanyaan dan memberikan saran, ia hendaknya jangan membiasakan diri untuk
mengambil keputusan bagi orang‑orang lain.
la harus menyadari
bahwa kelompok mempunyai hal untuk berbuat salah dan bahwa kelompok hanya akan
menjadi dewasa dengan belajar memikul tanggung jawab untuk hal‑hal yang telah
diputuskan dan dilaksanakannya sendiri.
5. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok
untuk belajar dari pengalaman. yang perlu diperhatikan bukan saja apa yang
dilakukan melainkan juga bagaimana suatu hal dikerjakan oleh kelompok atau
perstorangan. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok
menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukannya dan kemudian berani
menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
Dimensi baru untuk
latihan kepemimpinan
Penambahan pengetahuan tentang kepemimpinan
yang demokratis memberikan perangsang untuk menyelenggarakan latihan kepemimpinan
yang memperhatikan 3 dimensi, yaitu sebagai ~prikut.
I . Latihan untuk mendapatkan pengetahuan dalam
keahlian yang khusus, seperti ketua suatu komisi, pimpinan kelompok diskusi,
pengajar suatu mata pelajaran, memimpin suatu organisasi.
2. Latihan untuk memoeroleh pengertian umum tenta
fig sikap kelompok yang berlaku bagi setiap kelompok dalam setiap situasi.
3. Latihan bagi semua anggota (jadibukan hanya
sebagai pemimpinsaja), agar setiap orang dapat menjalankan tugas kepemimpinan.
Ternyata, bahwa latihan yang paling efektif
ialah latihan yang dilakukan dengan seluruh kelompok dengan mengambil
pengalaman secaraterus‑menerus.Latihan kepemimpinan yang lengkap harus menyangkut
dan memperhatikan ketiga dimensi tersebut di atas.
Individualitas dan
kelompok
Kadang‑kadang dikemukakan
kekhawatiran, bahwa dengan titik berat yang terlampau banyak diletakkan kepada
partisipasi dalam‑kelompok sebagai akibat terjadi pengekangan terhadap
individualisme, kemerdekaan, kreativitas, dan kepribadian.Tidak dapat
disangsikan bahwa ada kalanya situasi menuntut sesegrang melakukan tugas
seorang diri.labarus kreatif dalam kesepian untuk kepentingan pribadi. Tetapi
dalam dunia yang kompleks dan kait‑berkait banyak pekerjaan yang tidak dapat
kita kerjakan seorang diri. Maka kita harus menggabungkan diri dalam kelompok
untuk mencapai apayang kita harapkan sebagai perseorangan.
Kita memerlukan pemimpin yang
menghargai kualitas dan potensi setiap anggota kelompok; pemimpin yang dapat
memberi kesempatan kepada setiap orang untuk memberikan sumbangan yang sesuai
dengan kesanggupannya dalam usaha mengajar cita‑cita bersama.Tidak boleh ada
pertentangan antara individualitas dan kecakapan bekerja dalam kelompok.Sebaliknya
pemimpin yang bijaksana dan demokratis memberikan keleluasaan bagi pengembangan
kepribadian masing‑masing, sehingga dapat memberikan sumbangan yan maksimal dan
menikmati kepuasan hati sebagai pribadi.
Menciptakan suasana “diterima’
yang diperhitungkan bukanlah apa yang
diceriterakan kepada orang-orang, melainkan apa yang mereka terima. Orang
seringkali memikirkan komunikasi sebagai satu langkah untuk meneruskan suatu
ide. Sebenarnya langkah itu terdiri dari: (a) mengolah suatu ide; (b) meneruskan kepada orang-orang yang harus menjalankan ; (c)
merangsang orang-orang untuk mengerjakannya.
Suatu rencana jarang mencakup liku‑liku
dan problem yang harus dipecahkan. Pemimpin harus mempelajari prosesnya,
menetapkan problem‑problem, menggariskan alternatif penyelesaian dan memutuskan
mana yangakan diambil.
Kalau keputusan telah diambil,
pimpinan harus meneruskannyakepada ‑orang lain. Hal ini nampaknya
mudah.Pemimpin harus berbicara dengan teliti, hingga kelompok dapat
memahaminya.Instruksi dapat diterima berbeda‑beda.Perubahan tugas dapat membawa
akibat yang positif dan negatif.Salah pengertian disebabkan oleh pandangan yang
berbeda, di samping penguasaan pengertianistilah.Hal ini harus diperhatikan.
Merangsang seorang
untuk bekerja
Menjelaskan suatu ide tidak cukup;
pemimpin berkewajiban untuk mengusahakan agar hal itu dikerjakan. Motivasi
merupakan dasar kerja tim (team work). Pekerja yang tahu apayang diharapkan
dari padanya, yang merasa bebas untuk berdiskusi dengan atasan, akan bekerja
dengan perhatian dan kegairahan yang tinggi.
Komunikasi bebas pada umumnya
menghasilkan moril dan produktivitas yang tinggi.Perbaikan dalam komunikasi
hendaknya diadakan untuk menghubungkan atasan dan bawahan.Pemimpin harus dapat
menutup jurang antara policy making, management, dan administrasi.la harus
menggariskan landasan di mana hal‑hal tersebut bertemu. la harus memperhatikan
3 faktor: (1) keperluan dan polisi organisasi; (2) perhatian para, pekerja; (3)
tujuan dan cita‑cita sendiri. Tidak semua tujuan jabatan itu sederhana,
meskipun ada tujuail ekonomis seperti kenaikan pangkat dtau gaji.Kurang
disadari adanya, keinginan untuk mencari kepuasan hati. Hal ini mencakup: rasa
piias' bahwa tugas dijalankan dengan baik hubungan persaudaraan antara,
pimpinan dan yang dipimpin rasa aman dan terjamin, kesempatan untuk memikul
sesuatu yang lebih berat.
Pemimpin harus dengan jujur menghadapi
keperluannya pribadi dan menyesuaikannya dengan keperluan organisasi dan
pegawai‑pegawai yang lain. Penyelidikan membuktikan, bahwa faedah
"cambuk" hanya bersifat sementara, sedangkan akibat‑akibat yang
negatif dan‑merugikan itu sangat banyak.
Orang yang memaksakan produksi dari
pegawai‑pegawai yang segan dan apatis, tidak sebaik orang yang merangsang
pegawai‑pegawainya untuk menjalankan tugasnya, masing‑masing dengan
sebaikbaiknya. Seorang pemimpin harus mengikuti rencana dan polisi dari
organisasinya, ialah yang harus meneruskannya kepada orang‑orang lain, paling
tidak garis besarnya, dan hendaknya diketahui pula siapa yang dapat dimintakan
bantuannya dalam hal‑hal yang khusus.
la harus mengenal kelompoknya secara,
individual, bukan secarastatistik saja. Setiap orang mempunyai pengalaman,
sikap, peranandan harapan yang perlu diketahui oleh pimpinan.Siapa yang
inginmengenalnya dapat menempu ' h jalan mendengarkan dan mengadakanobservasi
dengan baik.Tindakan mempunyai pengaruh yang lebih besar. Dalamjangka panjang
para pegawai tidak dipengaruhi oleh apayang dikatakan manajemen akan tetapi apa
yang dilakukan.
Pemimpin yang "setingkat"‑
dengan bawahannya, mau mendengarkan masalah yang mereka hadapi, yang benar‑benar
memperhatikan.mereka, dapat melakukan kepemimpinan yang efektif, mes.kipun ia
tidak selalu mengatakan, "Selamat pagi".
Komunikasi harus merupakan program yang
terus‑menerus, bukan yang bersifat sementara.Kalau suasana yang baik telah
tercipta, maka sukarlah tergoyahkan. Kalau bawahan merasa, bahwa pimpinan
sungguh‑sungguh menyayanginya, maka mereka akan selalumenaruh keperca'yaan dan menanggapi segala usul dan rencananya secara konstruktif
dan positif. Komunikasi yang baik bergerak ke duaarah; pemimpin: mengatakan‑,
memberitahu, memerintahkan (telling, informing,
commanding), yang dipimpin: mendengarkan, menanyakan, menafsirkan (listening, asking, interpreting).
Untuk mengetahui apakah pesan sampai
dipahami oleh yang bersangkutan, pemimpin harus merangsang mereka untuk
mengeluarkan pendapatnya, memajukan pertanyaan, dan ia harus memperhatikan
masalah‑masalah yang mungkin timbul. Meskipun masalah itu ada kalanya nampak
kecil, akan tetapi kalau tidak terjawab, akan merupakan rintangan bagi
pengertian dan pelaksanaan.
Pada masa persaingan seperti sekarang
ini perusahaan‑perusahaandapat jatuh bangun dan hal ini banyak tergantung dari
produksinya,sedangkan produksi banyak pula tergantung dari kerja tim dalam
artipartisipasi dari segala potensi/unsur yang terdapat dalam perusahaanitu.
Seorang pemimpin yang memanggil orang‑orangnya mengatakan."Kita menghadapi
masalah besar dan saya memerlukan bantuan saudara", mungkin dapat lebih
merangsang perasaan senasib dan sepenanggungan dari orang yang mengadakan
program‑program partisipasi yang formal yang diperhitungkan dalam analisa
terakhir, bukanlah apa yang dikatakan pada orang, akan tetapi apa yang
diterimanya. Konsep komunikasi inilah yang‑ memberi tanda khas pada pimpinan yang
efektif.
Empat prinsip untuk
meneruskan ide supaya diterima, ialah sebagai berikut :
a. Berbicaralah dalam satu bahasa dengan orang‑orang.
b. Janganlah “menjual" lebih dari satu ide dalam suatu ketika.
c. Pakai contoh‑contoh yang khas untuk memberi "bumbu" padaide‑ide
Saudara.
d. Jangan mempergunakan kritik saja, tetapi pakailah pula pujian-pujian.
Kalau memberikan perintah,
perhatikanlah faktor‑faktor: mengapa,siapa, apa, bilamana, di mana, bagaimana (why, who, what, when, where, how). Suatu
pemerintah hendaknya mencakup pernyataan nng jelas mengenai hasil yang
diharapkan kalau tugas itu selesai. Hal im dapat memberikan jalan bagi pegawai
untuk,inenetapkan, apakah pekerjaannya memenuhi persyaratan/permintaan.
Juga cara menyampaikan perintah itu
adalah penting: nada, suara, mimik, banyaknya waktu yang dipergunakan. Tindak
lanjut (follow‑up) pemberian perintah
tergantung dari mudah atau sukarnya tugas yang harus dilakukan dan apakah yang
harus menjalankan pekerjaan itu seorang pegawai baru ataukah seorang ahli. Ada
kalanya cukup hanya melihat hasil terakhir saja, akan teta~i ada kalanya setiap
langkah perlu diikuti. Dalam hal ini hendaknya dihilangkan perasaan, bahwa
sekorang terus‑menerus diawasi.
Kekurangan‑kekurangan umum yang
diperbuat dalam memberikan perintah
ialah:
1. ragu‑ragu atau berbicara terlampau cepat;2. memberikan perintah dengan cara untung‑untungan
dan tergesa- gesa dengan asumsi bahwa
pegawai sudah lebih mengetahui;3. memandang
bahwa para pegawai sepatutnya memahami perintah. Kalau memberikan perintah
hendaknya diperhatikan kalaukalau ada ekspresi yang menunjukkan tanda‑tanda
kebingungan;4. pengambilan waktu yang
tidak baik;5. ingin menunjukkan
kekuasaan. Hal ini mudah menimbulkan rasasegan;
6. memberikan terlampau banyak dalam suatu
ketika:7. memberikan perintahyang
bertentangan;8. mengambil manfaat dari
orang‑orang yang menurut. Dengan demikian ada orang yang mendapat kelebihan
beban (overloaded) dan ada yang
senang‑senang;9.mengekspresikan perintah
secara negatif. Dimana mungkin tonjolkanlah hal‑hal yang positif.
Kepemimpinan Pendidikan
Dewasa ini orang‑orang yang
menginginkan kebebasan, memperhatikan apa arti kepemimpinan dan bagaimana
dilaksanakan dalam rangka menjunjung tinggi hak dan kebebasan untuk berpikir dan
menetapkan tujuan sendiri dalam masyarakat dengan demokratis.
Bangsa yangdemokratis menerima
tantangan kepemimpinan karena kita mempunyai kepercayaan akan kemampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu dengan rasa tanggung jawab yang mendalam.
Dengan demikian masalah‑masalah dunia harus dijawab dengan tindakan‑tindakan yang
nyata (karya), bukan dengan pidato‑pidato.
Konsep kepemimpinan yangdemokratis
harus dapat dibuktikan kepemimpinannya dengan arah tindakan di mana:
1. kebebasan pemikiran seseorang atau kelompok
menghasilkan tindakan yang bertanggung jawab;
2. perbedaan penilaian dan kepercayaan
dapatfnemanfaatkan perbedaan itu untuk lebih mendekati kebenaran;
3. motivasi, perasaan dan sentimen orang‑orang
mendorong dan mengarah kepada pemecahan masalah‑masalah;
4. kelompok‑kelompok dapat mencari perimbangan
antarakepentingan kelompok dan kepentingan umum;
5. orang‑orang memakai kecakapannya dengan
efektif dalam menyelesaikan masalah‑masalah;
6. orang‑orang bukan saja memakai sumber‑sumber
intern, akan tetapi meluas ke luar untuk melaksanakan imajinasi, inisiatif dan
kreativitas dalam menetapkan dan memecahkan masalah-masalah.
Dengan demikian bila demokrasi
mencakup di antaranya keenam hal di atas, maka bukan saja potensi dan kebebasqn
berpikir seseorang meningkat melainkan orang‑orang dan kelompok itu meningkat
pula dalam penerapan intelegensi dan kebebasan berpikir untuk menyelesaikan
masalah‑masalah kelompok dan masyarakat.
Sekolah harus banyak ditentukan oleh
masyarakat, baik melalui instansi atau lembaga resmi atau secara tidak resmi,
schingga keinginan masyarakat dapat disalurkan dan dapat ditimbulkan kesadaran
dalam hal apa rakyat dapat membantu untuk meningkatkan taraf pendidikan.
Kegiatan atau sikap orang‑orang atau kelompok hendaknya diarahkan kepada
pencapaian tujuan pendidikan yang makin dapat diterima oleh mereka.
Kegiatan kepemimpinan dapat singkat
atau berlangsung lama. Dorongan dapat datang dari anggota‑anggota lain secara
suka rela. Dapat pula datang dari luar.Bagaimanapun juga kegiatan kelompok
hendaknya:
-
memusat pada tujuan berorientasikan
nilai‑nilai
-
merangsang
-
kreatif
Pemimpin kelompok hendaknya mempunyai
pengertian, pandai merasakan apayang hidup dalam kelompok dan dapat diterima.
Apayang dilakukannya dan apa yang terjadi dalam kelompok hendaknya memberikan:
penjelasan, kekuatan, bantuan, saran alternatif, hubungan dan pengaturan baru,
pengertian baru, pola atau cara kerja baru, motivasi, perspektif dan konsep pemikiran
baru.
Kegiatan kepemimpinan adalah lebih
luas daripada apayangdapat dilukiskan dengan kata‑kata. Kegiatan itu merupakan
kualitas interaksi yang memungkinkan penambahan pengertian mengenai orang‑orang.
Sekolah hendaknya merupakan suatu loka
karya di mana demokrasi dibangun. Titik berat terletak pada:
-
tugas‑tugas kepemimpinan pendidikan yang
diteruskan kepada orang‑orang demokratis karena kebebasannya dan kewajiban
untuk melakukan kegiatan yang bertanggung jawab yang lahir dari kebebasan itu;
-
Perhatian terhadap kesulitan‑kesulitan
yang dialami dalam menunaikan tugas ini, teori‑teori baru yang membantu warga
sekolah untuk, menanggulangi kesulitan‑kesulitan, gagasan baru untuk organisasi
dan struktur situasi sekolah, dan akhirnya beberapa aspek problem dengan
keperluan‑keperluan mendesak untuk penyelidikan selanjutnya.
Tugas kepemimpinan
pendidikan
Tujuan pendidikan menyebabkan sifat
kepemimpinan yang berbeda,sehingga dapat tumbuh birokrasi kekuasaan dengan
pengawasan yang ketat atau carayang demokratis atas dasar intelijensi untuk
menemukan sifat program pendidikan.
Berhubung dengan itu, menjadi
kewajiban bagi kita untuk memahami berbagai alternatif dengan segala
konsekuensi bagi suatu pilihan tertentu.Keputusan dapat diambil pada berbagai
tingkatan masyarakat dengan melalui berbagai media dan instansi. Meskipun pemerintah
pusat dengan hirarki vertikalnya banyak mempunyai pengaruh, nAmun tidak kecil
peranan yang dapat dimainkan di tingkat daerah dengan segala kegiatan
masyarakat setempat dan kepemimpinan yang terdapat di sana.
Kegiatan kepemimpinan pendidikan
hendaknya mencakup tujuanuntuk:
1). membantu masyarakat
menetapkan tujuan pendidikan;2). memperlancar proses
belajar dan mengajar, sehingga lebih efektif;3). menyusun kesatuan organisasi yang
produktif;4. mengkreasikan iklim
perkembangan dan kesempatan tumbuhnya kepemimpinan;5). menyediakan sumber‑sumber
yang baik untuk mengajar dengan efektif.
Kalau kepemimpinan
pendidikan itu efektif maka:
a. masyarakat akan mendapat bantuan dalam
menentukan tujuannya;
b. akan terdapat hasil dan efektivitas yang lebih
besar dalam mengajar dan belajar;
c. masyarakat sadar akan fungsinya sebagai
penyumbang yang bertanggung jawab terhadap organisasi yang produktif;
d. iklim kerja akan membantu perkembangan;
e. akan diperoleh tambahan dalam sumber‑sumber yang
diperlukanuntuk meningkatkan situasi belajar‑mengajar.
Kalau kepemimpinan benar‑benar
berjalan, maka akan timbulperubahan dan. penyempumaan dalam program, dalam
kualitas mengajar dalam kelas dan sifat sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal, sehingga dengan demikian berubah pula pandangan dan penghargaan
masyarakat.
Daftar Bacaan
Covey, S.R.
1997. The 7 Habits of Highly Effective
People. Jakarta: Binarupa aksara
Hadfield, S dan
Hasson, G. 2013. Bersikap Tegas dalam
Segala Situasi. Jakarta: BIP Kelompok Gramedia.
Iyeng
Wiaputra.1981.Beberapa aspek Dalam
Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bhratara
Maxwell, J.C.
2003. Time Out. Penyegaran Spiritual
bagi para pemimpin. Mitra Media
Murdoko, E.W.H.
2013. The Leader in You. Jakarta:
ElexMedia Komputindo
Setiawan, I.
2012. Kitab Motivasi. Inspirasi dalam
Meraih Sukses sejati. Jakarta: Nuansa Cendika
0 komentar:
Posting Komentar