Pages

Kamis, 25 September 2014

MATERI KULIAH TAMU PERANAN PENDIDIKAN IPS DALAM MENANGGAPI PERUBAHAN BUDAYA Oleh Bapak Nasution, Ph.D. (Universitas Negeri Surabaya)

PERANAN PENDIDIKAN IPS DALAM MENANGGAPI PERUBAHAN BUDAYA
Oleh: Nasution, Ph.D. (Universitas Negeri Surabaya)
Disampaikan dalam kuliah tamu pada prodi Pendidikan IPS Universitas Negeri Malang,
tanggal 26 September 2014.


Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya (Umar bin Khotob)
I.          Pendahuluan
Tema yang diberikan panitia kuliah umum sebenarnya adalah peranan pendidikan IPS dalam mengendalikan Transisi Budaya, namun dalam makalah ini penulis lebih senang menggunakan kata “menanggapi” dari pada kata “mengendalikan”, dan kata transisi menjadi perubahan .  Ada hal yang menarik terhadap penggunaan kata itu. Kata mengendalikan  dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990) adalah merupakan proses, cara, perbuatan, atau pengekangan. Hal ini menunjukkan kesan sulitnya kita menerima perubahan (protektif). Sebaliknya yang kedua yakni kata menanggapi mempunyai arti menyambut. Makna menyambut berkonotasi menerima dan menyesuaikan. Kata itu juga menunjukkan bahwa perubahan itu sebagai sebuah keniscayaan, mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita akan dihadapkan pada perubahan itu, dan tetap menjaga asa  bagaimana agar kita dapat tetap eksis dalam era yang berubah itu (responsive). Sedangkan kata transisi mempunyai arti peralihan dari keadaan (tempat, tindakan, dsb) kepada yang lain. Kata ini juga mempunyai konotasi yang sama dengan perubahan, diganti dengan perubahan, namun untuk mempermudah dalam konsep kata perubahan yang paling umum digunakan untuk hal-hal yang berkenaan dengan konsep ilmu sosial.
Apabila ada sebuah temuan baru dalam bidang Ilmu pengetahuan dan atau teknologi, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi sebuah perubahan social dan perubahan social ini secara simultan berpengaruh terhadap budaya masyarakat. Tanggapan masyarakat umumnya terhadap perubahan itu adalah reaktif (menolak), protektif (melindungi atau mengendalikan), dan responsive (menerima dan menyesuaikan).
Dalam masyarakat kita misalnya, apabila dikenalkan atau bertemu terhadap hal yang baru,  beberapa belahan masyarakat ada yang cepat-cepat bersikap reaktif, di belahan yang lain protektif, dan sisi lain responsif.  Umumnya terhadap perubahan itu, kita butuh waktu yang lama untuk akhirnya dapat menerima atau menyesuaikan diri, atau kadang kala untuk melakukan perubahan itu kita perlu paksaan. Dalam perjalanan sejarah Indonesia, cara yang terakhir ini beberapa hal pernah terjadi di Indonesia. Sebagai contoh pada masa kolonial Belanda, rakyat Indonesia lebih suka menanam tanaman subsistensi (padi) dari pada menanam tanaman yang laku di pasar dunia (tebu, kopi, karet, tembakau dsb.). Anjuran pemerintah kolonial pada saat itu baru berjalan efektif ketika menerapkan kebijakan yang bersifat paksaan, yakni mengeluarkan sebuah peraturan atau sebuah sistem yang dikenal dengan tanam wajib atau yang dimaknai dengan tanam paksa. Dan ternyata hasilnya produk tanaman ekspor menjadi sangat melimpah dan menjadikan Indonesia akhirnya terintegrasi dengan pasar dunia.
Cara paksaan ini ternyata tidak efektif, karena bukan berasal dari kemauan sendiri. Berangsur setelah merdeka, perlahan-lahan Indonesia kini meninggalkan menanam tanaman ekspor, yang notabene pada masa kolonial mendatangkan banyak keuntungan. Bahkan seiring dengan kebijakan swa sembada pangan pemerintah sekarang, maka praktis semakin lunglailah produk tanaman ekspor dan akhirnya kita kembali lagi beralih ke tanaman subsistensi (padi).
Penemuan baru lain di bidang IPTEK dapat dicontohkan banyak sekali, mulai dari perkembangan desain pakaian, penerangan, transportasi, dan yang sekarang lagi menjadi pembicaraan hangat  pro dan kontra adalah perkembangan baru dalam dunia telekomunikasi dan informasi yakni dunia internet, yang telah banyak merubah budaya masyarakat.  
Pertanyaannya adalah bagaimanakah peranan pendidikan IPS dalam merespon perubahan budaya tersebut?

II.        Perubahan Budaya Masyarakat: dari Dunia Nyata ke dunia Maya
Dunia berubah dengan sangat cepat. Anak-anak sekarang akan menjadi penduduk di era  dimana perkembangan pesat ilmu pengetahuan telah membedakan mereka dengan pengalaman hidup umat manusia era sebelumnya. Sebagai contoh di zaman saya tahun 1970an, selalu suka bermain di luar rumah, bertemu dengan banyak teman, bersenda gurau, bermain kelereng, kemiri, karet gelang, obak sodor, dsb. bahkan terkadang sampai malam. Keadaan ini sudah mulai berubah, kini anak-anak terutama yang tinggal di perkotaan, meskipun mereka tidak bertemu, mereka masih tetap bisa menjalin hubungan melalui media chating, sms, bbm,  dsb. Kadangkala pula mereka bisa bermain obak sendiri, yakni dengan mesin game dari hp atau komputer mereka.
Dalam hal kontrol orang tua, kegiatan anak seperti tahun 1970-an itu lebih mudah karena mereka akan menanyakan bila anak mereka tidak ada di rumah, dan segera dapat menyuruh mereka untuk pulang apabila dirasa perlu. Tetapi keadaan itu sekarang telah berubah. Anak-anak mungkin berada di rumah, tetapi apa yang mereka kerjakan lebih sulit dipantau dari pada era sebelumnya. Kelihatannya mereka rajin menghadap komputer, tapi apakah benar dia berkegiatan positif seperti yang dipikirkan kebanyakan para orang tua.
Perkembangan media sosial melalui internet telah membawa perubahan budaya di dalam masyarakat. Jaringan internet ini sebenarnya mulai dikenal di Indonesia mulai tahun 1994. Pada waktu itu pengguna mereka masih dalam skope lingkungan pendidikan. Jacky (2012) mensinyalir bahwa berkembang pesatnya penggunaan Internet di Indonesia adalah mulai tahun 1995. Pada era ini dapat disebut sebagai era web, dimana sarana internet tidak hanya digunakan sebagai sarana komunikasi melainkan sudah digunakan dalam segala hal, baik bidang sosial, politik, ekonomi, dsb. Penggunaan internet berkembang pesat sejak adanya pembukaan kebijakan membangun hotspot di tempat-tempat umum, dan perkembangan teknologi nirkabel. Sekarang tidak hanya perguruan tinggi di Indonesia menyediakan akses internet gratis untuk semua civitas akademikanya, melainkan juga di SMA, kafe-kafe, plaza-plaza, perpustakaan  dsb, menyediakan fasilitas gratis.  Dengan demikian semakin banyak masyarakat yang dapat mengakses internet secara gratis di banyak tempat.
Dalam bidang sosial, munculnya internet dengan situs facebook, youtube, dsb., telah turut meramaikan dunia web, dan telah membawa hubungan sosial semakin meluas dan mudah. Dalam bidang ekonomi, sekarang belanja tidak harus pergi ke Mall, Supermarket dsb., melainkan sudah dapat dikases melalui internet. Toko-toko online sudah banyak bermunculan seperti tokobagus.com, berniaga.com, lazada.com, dsb., dan tingkat kepercayaan publik pun terhadap layanan internet juga tinggi.
Dalam bidang politik dari banyak studi menunjukkan bahwa kekuatan internet dapat mempercepat jatuhnya rejim otoriter dalam hal ini Orde Baru. Rejim orde baru  dapat dikata sukses dalam membreidel segala macam ekspresi masyarakat yang dapat menggoyang kedudukannya, antara lain media cetak dan televisi, namun ternyata tidak mampu menyensor internet. Mungkin pemerintah dapat membuat peraturan yang dapat mengontrol negara seperti UU anti subversif, namun mereka sangat sulit mengendalikan informasi dari internet. Hal ini dikarenakan internet mempunyai alat pengaman yang disebut Pretty Good Privacy untuk meghindar dari sensor yang dilakukan oleh negara (Jacky, 2012).  
Penggunaan internet di satu sisi berdampak sangat positif bagi para pengguna terutama berkaitan dengan hal-hal yang bersifat membangun masyarakat ke arah yang lebih baik. Namun, di sisi lain internet juga memuat hal-hal negatif, antara lain seperti pornografi, dan yang sekarang lagi ngetrend adalah prostitusi online.  
Mengenai prostitusi online misalnya, sudah bukan menjadi hal baru. Di Indonesia praktek prostitusi online ini beroperasi baik dalam skala kecil maupun besar. Prostitusi dengan skala kecil melibatkan kurang dari 10 pekerja seks komersial (PSK), dan prostitusi besar melibatkan puluhan PSK lintas daerah atau bahkan lintas negara. Dalam studi Jacky (2013), mencatat bahwa PSK online ini tidak hanya mempekerjakan perempuan dewasa, namun juga mempekerjakan anak-anak dibawah umur (15-18 tahun). Mereka umumnya adalah dari kalangan pelajar SMP dan SMA.
Berbeda dengan prostitusi konvensional yang dengan mudah dapat dihapus oleh pemerintah, sebagaimana baru-baru ini yang terjadi dalam kasus Lokalisasi prostitusi Dolly di Surabaya, prostitusi online ini sangat sulit diberantas. Sebagai sebuah usaha sebenarnya pemerintah telah mengeluarkan aturan hukum mengenai hal ini, yakni Undang-undang no. 11 tahun 2008, khususnya pasal 27 ayat 1, dimana disebutkan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, pelaku diancam dengan hukuman enam tahun penjara. Pada pasal 88 UU no. 23 tahun 2002 mengenai tindak perlindungan anak dengan hukuman 10 tahun penjara. Mengenai mucikari diatur dalam pasal 506 KUHP dengan ancaman satu tahun penjara. UU itu ibarat macan di atas kertas, tidak mampu membendung arus prostitusi online secara signifikan.
Beberapa kesulitan dalam menghapus prostitusi online ini adalah dikarenakan mereka mengembangkan bahasa yang hanya dipahami oleh komunitas tersebut. Apabila ada sebuah thread prostitusi online diblokir sesama members tetap saling dapat berhubungan, karena mereka terhubung dengan situs prostitusi dan forum-forum lain yang berhubungan dengan seks.
Sehubungan dengan berbagai dampak penggunaan internet sebagaimana disebutkan di atas, menuntut adanya reorientasi pendidikan IPS di sekolah.  

III.      Permasalahan Dunia Maya dan Arah Pendidikan IPS
Pendidikan IPS antara lain bertujuan membantu anak-anak muda dalam mengembangkan kemampuannya untuk tanggap terhadap permasalahan kewarganegaraan dan dapat membuat keputusan-keputusan yang beralasan demi kebaikan umum, sebagai warga negara yang secara kultural berbeda, di dalam masyarakat demokratis di dunia yang saling ketergantungan (NCSS, 1994). Dalam menyikapi akan permasalahan peralihan atau perubahan budaya itu Hasan (1996) pernah menyarankan perlunya pembaharuan dalam menentukan kiblat pemikiran pendidikan di Indonesia, yakni dari yang selama ini lebih didominasi pemikiran perenialisme ke arah essensialisme atau bahkan rekonstruksi sosial.
Pemikiran filsafat perenialisme adalah merupakan sebuah aliran pemikiran yang lahir sebagai reaksi dari pendidikan progresif. Aliran pemikiran ini menolak pandangan progresif yang menitik beratkan pada perubahan dan sesuatu yang baru. Ia memandang bahwa dunia sedang dalam keadaan kacau, tidak pasti, dan tidak teratur, terutama dalam kehidupan moral dan intelektual, serta socio kultural. Oleh sebab itu perlu adanya usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut. Kegiatan yang ditempuh oleh para perenialis adalah melihat pemikiran ke belakang, yakni dengan berkiblat pada tata nilai yang telah menjadi pandangan hidup yang diyakini (Uyoh, 2008). Berdasarkan pemikiran ini pendidikan merupakan sebuah cultural heritage transmission, yakni diarahkan pada pewarisan nilai dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya melalui transmisi pengetahuan dan nilai kepada anak. Kaum perenialis beranggapan nilai-nilai itu bersifat tetap dan pendidikan hendaknya untuk mencapai standar nilai-nilai yang telah lama berlaku dan diyakini kebenarannya itu. Pemikiran ini menjadikan pendidikan menjadi ideologis, dimana anak diajak untuk memiliki pengetahuan, nilai, dan ketrampilan sebagaimana yang diinginkan oleh negara.
Pandangan Esensialis adalah satu pemikiran pendidikan konservatif mirip dengan pemikiran pendidikan perenialis. Aliran ini berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah kepada para siswa dengan cara yang sistematik dan berdisiplin. Letak perbedaannya dengan perenialisme adalah perenialisme menekankan kepada kebenaran eksternal, sedangkan esensialisme menekankan kepada pentingnya anggota masyarakat menguasai ilmu pengetahuan (Uyoh, 2008). Aliran pemikiran ini berpendirian bahwa tujuan mendidik akan tercapai secara alami apabila intelektualisme keilmuan dikembangkan dengan baik. Berdasarkan pemikiran ini para pendidik aliran ini berpendirian bahwa anak-anak harus diajarkan disiplin, kerja keras, dan mempunyai rasa hormat.  Dari pemikiran itu dapat dikatakan bahwa aliran ini menjadikan tugas guru sebagai transferer of knowledge.
Pandangan filsafat berikutnya adalah Rekonstruksi Sosial. Pemikiran rekonstruksi sosial ini merupakan kelanjutan dari pemikiran filsafat progresif, yang menempatkan pengalaman siswa sebagai inti. Apabila kaum progresif berhenti hanya pada pemikiran dan pelibatan diri dengan masalah-masalah sosial yang ada pada saat ini, kaum rekonstruksionis melanjutkannya dengan membangun masyarakat baru. Pemikiran rekonstruksi sosial menepatkan sekolah sebagai agen dari perubahan sosial. Salah seorang tokoh rekonstruksi sosial George S. Counts mengatakan bahwa sekolah harus berperan menjadi agen pembaharuan masyarakat masyarakat secara keseluruhan (Uyoh, 2008). Tujuan pendidikan adalah yang dikembangkan oleh aliran ini adalah mengembangkan ketrampilan anak untuk dapat memecahkan berbagai masalah sosial, ekonomi, politk, budaya dsb., yang dihadapi masyarakat. Tugas sekolah adalah mengembangkan rekonstruksi sosial ke arah masyarakat baru sesuai dengan keadaan baru yang melingkungi masyarakat sesuai dengan zamannya.
Dalam menanggapi perubahan budaya yang ada di dalam masyarakat, pemikiran filsafat pendidikan di atas dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan pendidikan IPS dalam rangka menanggapi perubahan budaya terjadi saat ini sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Tentu saja tidak ada satu pilihan pemikiran yang benar-benar paling benar dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial yang ada. Namun di dalam pemikiran ini saya lebih condong mendukung  pemikiran rekonstruksi sosial dalam masalah menaggapi perubahan budaya yang melanda masyarakat kita dewasa ini.

IV.      Penutup
Kita masih ingat bagaimanakah ketika awal dikenalkan dengan alat memasak nasi, yakni rice cooker. Berbagai ragam bentuk reaksi masyarakat sangat beragam. Ada yang mengatakan bahwa masakan nasi dalam rice cooker tidak seenak menggunakan kayu, dandang, dsb. Begitu pula ketika dikenalkan mesin cuci, banyak pula yang mengatakan masih bersih cuci pakai tangan dsb., yang intinya mereka masih protektif, meskipun secara perlahan seiring dengan perkembangan ekonomi keluarga, akhirnya menerima dan menikmati juga kebudayan baru itu. Dari contoh ini kita akhirnya berpikir, bila apabila kita selalu reaktif terhadap hal yang baru, lalu mungkinkah kita dapat memelopori penemuan baru itu. Hal ini salah satunya perlunya kita merubah mindset kita terhadap pendidikan persekolahan, dan itu sekaligus bagaimana kita menempatkan dan mengembangkan pendidikan IPS dalam menghadapi perubahan zaman itu.
Masyarakat kita sekarang dihadapkan pada perubahan baru khususnya yang terjadi dalam budaya internet, di dalamnya ada aspek positif dan aspek negatif. Kita mungkin dapat melarangnya, tetapi kita tidak dapat menjamin anak melakukan sebagaimana larangan kita. Tidak ada kata lain kecuali bahwa pengembangan pendidikan IPS harus mendewasakan anak. Mereka hendaknya diajak untuk berpikir tentang permasalahan itu dan bagaimana mereka memecahkannya.

Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Jacky, M. 2012. Blogger dan Demokrasi Deliberatif di Blogosphere Indonesia. Disertasi Program     
                         Pendidikan Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair. Tidak Diterbitkan.

__________, 2013. Pelacakan dan Pencegahan Prostitusi Online di Kalangan Anak SMP dan SMA.
                        Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Tidak Diterbitkan.

S. Hamid Hasan, 1996. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Dalam Kurun Waktu 50 Tahun Terakhir.
                       Makalah Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia III. Ujung Pandang.


NCSS, 1994. Expectations of Excellence, Curriculum Standards For Social Studies. Washington DC.

Senin, 22 September 2014

KULIAH TAMU MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI MALANG



BAGI SELURUH MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG DI WAJIBKAN MENGIKUTI KULIAH TAMU PADA HARI JUMAT TANGGAL 26 SEPTEMBER 2014 PADA PUKUL 13.00 WIB DI GEDUNG A3 LANTAI 2 UM MALANG.


Selasa, 16 September 2014

FORMULIR PENDAFTARAN OLIMPIADE IPS SE-MALANG RAYA DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FORMULIR BISA DOWNLOAD DISINI
POSTER DISINI
Petunjuk Pelaksanaan
Olimpiade IPS Se-Malang Raya 2014
“Peran Pendidikan IPS Mewujudkan Peradaban Indonesia yang Unggul“

            I.            KETENTUAN UMUM
1.      Peserta lomba adalah tim perwakilan SMP/MTs Se-Malang Raya.
2.      Setiap 1 tim terdiri atas 3 siswa/siswi.
3.      Setiap sekolah diperbolehkan mendaftar lebih dari 1 tim.
4.      Setiap tim hanya diperbolehkan didampingi oleh 1(satu) guru pendamping.
5.      Peserta dan guru pendamping wajib menggunakan tanda pengenal (id card) yang telah disiapkan oleh panitia selama Olimpiade IPS Se-Malang Raya 2014 berlangsung.
6.      Tanda pengenal (id card) diberikan pada saat registrasi atau daftar ulang.
7.      Keputusan dewan juri tidak dapat di ganggu gugat.
         II.            PENDAFTARAN
1.      Pendaftaran dibuka pada tanggal 10 September sampai 10 Oktober 2014
2.      Setiap tim wajib mendaftarkan diri terlebih dahulu dan membayar biaya administrasi sebesar Rp 100.000,00 /tim
3.      Pembayaran biaya administrasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a.    Transfer via Bank
BRI :637201006680532                     Mandiri : 9000009824518
a.n. Iin Mai Syaroh                             a.n Iin Mai Syaroh
konfirmasi pendaftaran
Umul Maulifah                                    085733848688
Iin Mai Syaroh (CP)                            085647509610                                   
Langsung  ke Kesekretariatan Olimpiade IPS Se-Malang Raya 2014, Jalan Semarang 5, Malang 65145 Gedung Kenanga Lantai 2.
Pembayaran langsung dilayani mulai tanggal 10 September – 10 Oktober 2014 (pada hari aktif), Senin – Kamis pada pukul 09.00 – 15.00 WIB dan Jum’at pada pukul 09.00 – 11.00 dilanjutkan 13.00 – 15.00.
2.      Formulir pendaftaran dapat digandakan sendiri dari dari formulir yang terlampir di surat undangan, atau download di http://pendidikan-ips-um-malang.blogspot.com/
      III.            REGISTRASI
Registrasi dilakukan pada 01 November 2014pukul 07.00 – 07.30 WIB
kelengkapan registrasi:
1.      Formulir pendaftaran
2.      Tanda bukti pembayaran
3.      Surat tugas dari sekolahan disertai fotocopy identitas diri (Kartu Pelajar untuk peserta dan KTP untuk guru pembimbing)
      IV.            PELAKSANAAN
1.      Peserta wajib hadir sebelum registrasi di mulai
2.      Olimpiade IPS se-Malang Raya 2014 dibagi dalam 2 (dua) babak:
a.    Babak Penyisihan
Dilaksanakan pada  hari Sabtu, 01 November 2014 pukul 08.30. Soal berupa pilihan ganda, berjumlah 100 butir dan dikerjakan secara kelompok dalam waktu 120 menit bertempat di aula Gedung Kenanga.
b.    Babak Final
Dilaksanakan pada hari Sabtu, 01 November 2014 pukul 13.30
Soal berupa pertanyaan lisan berupa cerdas cermat, bertempat di Aula Gedung Kenanga.
*dari babak penyisihan diambil 5 terbaik untuk masuk ke babak final.


         V.            PENJURIAN DAN PENGHARGAAN
1.      Dewan Juri dan Penilaian
a.       Dewan juri adalah Dosen Pendidikan IPS Universitas Negeri Malang
b.      Kriteria Penilaian
Babak Penyisihan       : Ketepatan jawaban
Babak Final                : Ketepatan jawaban dan kecepatan dalam menjawab
c.       Susunan acara
Sabtu, 01 November 2014
No
Waktu
Acara
1
07.00 – 07.30
Daftar Ulang Peserta
2
07.30 – 08.00
Pembukaan
3
08.00 – 08.30
Persiapan Babak Penyisihan
4
08.30 – 10.30
Pelaksanaan Babak Penyisihan
5
10.30 – 13.30
ISHOMA
6
13.30 – 15.30
Babak Final
7
15.30 – 16.30
Pengumuman Pemenang dan Penutupan

2.      Pengumuman Pemenang
Pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah dilaksanakan pada penutupan acara.

      VI.            Lain-lain
Hal-hal yang belum tercantum akan di atur kemudian hari.

Senin, 15 September 2014

KULIAH TAMU "Urgensi Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Pendidikan IPS dalam Rangka Menyongsong AFTA 2015"

Urgensi Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Pendidikan IPS dalam Rangka Menyongsong AFTA 2015



Tempat                                 :           Aula gedung A3 lantai 2
Hari/tanggal                      :           18 Agustus 2014
Waktu                                  :           8.10-11.00
Pemateri                              :           Prof. Zamroni Ph.D
Moderator                           :           Dr. GM Sukamto M.Pd, M.Si
Susunan Acara                 :           Pembukaan
                                                            Sambutan dari Dekan FIS
                                                            Penyampaian materi
                                                            Tanya Jawab
                                                            Penutupan
Hasil Kuliah Tamu           :
1. Sambutan
Pembentukan karakter yang baik
            Peperangan sekarang bukan lagi menggunakan fisik
Mencintai produk dalam negeri, dimana pemilik saham terbesarnya juga orang Indonesia
2. Pembahasan :
            Penggolongan Negara-negara di dunia dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu: Developed Countries, Developing Countries, Under Developed Countries, Least Develped Countries. Developed Countries merupakan Negara maju dan berkembang, dimana masyarakatnya mayoritas sejahtera dan bekerja di bidang jasa. Developing countries adalah Negara berkembang yang sedang berupaya melakukan pembangunan. Under developed countries merupakan Negara belum maju, masih banyak berorientasi pada sector pertanian, dan pembangunannya masih cenderung lambat. Sedangkan Least developed countries merupakan kategori negara-negara miskin dengan pembangunan yang masih sangat kurang.
            Namun saat ini terdapat kategori baru, yaitu The Failed nation (Negara gagal).The failed nation merupakan kategori Negara yang dianggap tidak bisa maju (gagal).Pembangunannya sangat lambat dan terkadang berhenti, malah sesekali mengalami kemunduran. Kegagalan yang dialami biasanya karena adanya revolusi yang mendadak, misalkan karena bencana alam atau kebijakan pemerintah yang tiba-tiba.
            Pembangunan di Indonesia dinilai cukup lambat. Hal tersebut dapat diketahui dari proses pembangunan yang berlangsung di Indonesia sejak masa kemerdekaan, dibandingkan proses pembangunan di Negara lain. Padatahun 60’an Indonesia banyak melakukan pembangunan, bahkan Indonesia juga pernah menjadi tuan rumahSeaGames 4. Saat orde baru juga, Indonesia telah mampu swasembada beras.Padahal saat itu Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan masih belum memulai apa-apa.
Namun saat ini pembangunan di Indonesia kalah jauh dengan Korea Selatan, Singapura, Malaysia dan Negara-negara maju lain. Padahal di Indonesia pembangunan sudah dilakukan sejak lama, namun masih belum Nampak. Pembangunan yang lambat tersebut disinyalir karena karakter dan moral bangsa yang rusak. Hal tersebut terlihat dari maraknya korupsi dan nepotisme. Masyarakat tidak lagi beretika dan tidak mencerminkan kepribadian bangsa.
Saatini Indonesia sedang menyiapkan diri dalam menghadapi AFTA (Asian Free Trade Area). Dalam AFTA arus modal dan produksiakan bebas masuk antar Negara, sehingga pasarakan menjadi luas dan muncul persaingan bebas antar Negara yang tergabung dalam AFTA. Persaingan bebas yang tercipta tidak hanya dalam hal perdagangan namun juga persaingan kesempatan kerja. Tenaga kerja dari suatu Negara dapat bebas keluar masuk dan melamar kerja di Negara lain.
Dengan adanya AFTA di masa mendatang, Indonesia sebenarnya sangat berpotensi dan memiliki banyak peluang untuk berkiprah dan semakin mengembangkan diri. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang juga banyak. Hal tersebut dapat berpotensi besar untuk menguasai pasar. Namun nyatanya Indonesia masih belum mampu bergerak bebas. Jumlah tenaga kerja  Indonesia yang terampil masih sangat sedikit. Selain itu moral dan karakter bangsa Indonesia juga semakin menurun.
Kepercayaan social dan kejujuran adalah kunci kemajuan suatu Negara. Saat suatu Negara memiliki masyarakat yang jujur serta kepercayaan social yang tinggi, maka di Negara tersebut akan jarang ada kasus korupsi, sehingga pembangunan dapat berjalan lancar. Jujur tidak hanya terwujud dari perkataan yang sebenarnya, namun juga terwujud dalam sikap amanah/dapat dipercaya dan menepati janji.
Perdagangan bebas memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain persaingan global, kerjasama globak, informasi global, karier dan pekerjaan global, serta sector ekonomi yang bergerak di bidang pelayanan jasa.
Untuk dapat bersaing dalam pasar bebas, dibutuhkan etika, kolaborasi/kerja sama, komunikasi yang baik, tanggung jawab social, dan sikap kritis. Selain itu di jaman teknologi seperti ini penguasaan IT juga sangat diperlukan, mengingat setiap hal banyak didukung teknologi mutakhir. Selain itu seseorang juga dituntut untuk selalu berinovasi. Tanggung jawab keuangan pribadi merupakan hal yang juga perlu selain kesehatan dan kebugaran yang seringkali diabaikan.
Karakter bangsa merupakan hal yang penting dalam memberikan arah bagi seseorang dalam bertindak.karakter bangsa mencerminkan identitas dan kepribadian suatu bangsa Negara. Karakter menjadi pedoman dalam mencapai tujuan.  Seseorang yang memiliki karakter yang baik dapat dilihat dari sikapnya saat seseorang tersebut dalam posisi sendiri atau tidak ada orang lain yang tau. Misalkan saat tiba-tiba ia menemukan uang, apa yang dilakukan setelah itu mencerminkan karakternya. Tanpa moral karakter, penampilan karakter akan nyeleneh. Tanpa moral penampilan, karakter moral akan tidak efektif, karena tidak ada tindakan.
Dalam kaitan IPS dengan karakter bangsa, IPS merupakan ilmu yang menkaji interaksi manusia secara terintegrasi. Peserta didik diharapkan memiliki daya kritis, sikap yang baik, dan mampu menjadi seseorang yang berguna bagi lingkungannya. IPS berperan dalam penyadaran akan realita bangsa dan Negara sekaligus memberi pencerahan akan potensi bangsa.

Beberapa hal yang harus dikembangkan melalui pendidikan IPS antara lain: spiritual kehidupan, etika kehidupan sehari-hari, belajar dan berlaku mandiri, bertanggung jawab, intropeksi dan refleksi diri, serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.

Gallery :

























Sabtu, 13 September 2014

PERAN PENTING KEPEMIMPINAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN ( Materi bapak Dr. GM. Sukamto Dn. MPd.MSi dalam acara Pelatihan kepemimpinan dan wawasan perkuliahan mahasiswa S1 pendidikan ilmu pengetahhuan sosial)

PERAN PENTING KEPEMIMPINAN
DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh:
Dr. GM.  Sukamto Dn. MPd.MSi
(Kepala Laboratorium Prodi Pendidikan IPS)

Peranan kepemimpinan
          Tiap organisasi yang memerlukan kerja sama antar manusia menyadari, bahwa masalah yang utama ialah masalah kepemimpinan. Kepada masalah ini perhatian belum cukup banyak dicurahkan.Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra‑ilmiah kepada kepernimpinan yang ilmiah.
          Dalam tingkatan pra‑ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman, intuisi dan kecakapan praktis.Kepemimpinan itu di­pandang sebagai pembawaan seseorang, sebagai anugerah Tuhan.Karena itu dicarilah orang yang mempunyai sifat‑sifat istimewa yangdipandang sebagai syarat suksesnya seorang pernimpin.
          Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu dipandang sebagaisuatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentang unsur‑unsur danfungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat‑syarat apayang di­perlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasiyangberbeda-beda. Pandangan baru ini membawa perubahan besar.Cara bekerja dan sikap seorang pernimpin dipelajari.Cara melatih pe­mimpin‑pemimpin diubah.
          Orang mempelajari lebih banyak aspek kehidupan dalam kelompok.Ada yang memusatkan perhatian terhadap hubungan insani dalam kelompok. Ada pula yang memperhatikan organisasi kelompok, aspek perasaan atau emosi, struktur kekuasaan dan wibawa antar anggota, proses pengambilan keputusan, pola komunikasi, fungsi pemimpin dan yang dipimpin.
          Hasil berbagai penyelidikan menjelaskan, bahwa terdapat perubahan dalam konsepsi mengenai sifat kepemimpinan.Karena itumaka kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai suatu kedudukan atau kepribadian.Jarak antarapemimpin dan yang dipimpin makin dekat. Status pemimpin dan yang dipimpin pada waktu dan kesempatan lain dapat berganti. Terbukti dalam banyak kesempatan dan situasi, bahwa kelompok dapat bekerja de­ngan lebih efisien dan kooperatif, bila fungsi pimpinan terbagi antara banyak anggota.Setiap orang dapat menyumbangkan tenaga dan pi­kiran sesuai dengan kernampuan masing‑masing dalam mengejar cita­cita bersama.
          Hasil penyelidikan yang lain ialah kesadaran, bahwa kelompok itu merupakan suatu organisasi yang tumbuh dan dinamis, yang memer­lukan pimpinan yang berbeda dalam setiap tingkat perkernbangan­nya. Setiap kelompok dalam permulaannya bagaikan seorang anak kecilyang memerlukan bimbingan dari orang tuanya/pemimpin nya.Diperlukan bantuan untuk menetapkan tujuan, mengatur tugas pe­kerjaan mengkoordinasikan usaha tiap anggota dan menghindarkan penyimpangan‑pe nyimpangan.
          Dalam tingkatan berikutnya, yaitu menjelang kedewasaan kelom­pok berada dalam situasi konflik antara hasrat untuk bebas merdeka dan rasa takut akan kehilangan lindungan dari orang tua/pernimpin. Masa ini bertandakan tantangan‑tantangan terhadap pernimpin.
          Kelompok yang telah dewasa bekerja sebagai organisme yang mer­deka dan terintegrasikan dengan baik.Kelompok menerima tanggung jawab, masalah‑masalah dihadapi dengan serius dan diselesaikan se­cara objektif.Diadakan pernbagian tugas yang merata sesuai dengan kecakapan masing‑masing dengan mempergunakan prosedur yang telah diterima bersama.Perhatian dialihkan dari kepentingan perse­orangan/pribadi kepada kepentingan bersama. Pemimpin yang baik akan menyadari perkernbangan ini dan akan giat berusaha untuk membantu kelompok mencapai kedewasaannya. Pimpinan yang tidak menyadari proses pertumbuhan ini atau menolak untuk menyerahkan kekuasaan, wewenang, pengawasan dan berusaha untuk memperta­hankan kelompoknya dalam keadaan tidak dewasa yang menyandar­kan diri pada pelindung. Pemimpin yang tidak mudah memberikan kekuasaan kepada kelompoknya, akan sangat mengganggu perturn­buhan, dan tidak sanggup memberikan bantuan yang diperlukan.
Peranan baru bagipemimpin
          Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin.Titik berat beralih dari pe­mimpin sebagai orang yang piembuat rencana, berpikir, dan mengam­bil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang‑orang lain, kepada anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama ialah pelatih dan koordinator bagi kelompok.
          Fungsinya yang utama ialah membantu.kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien. Dalam peranannya se­bagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan‑bantuan yang khas.
1.  Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik. Kalau ia memandang dirinya sebagai seorang supervisor dan mulai "merajai" anggota‑anggota yang lain, maka ia akan menciptakan suasana bersaing, bermusuhan, formal‑formal an, menjauhkan diri, melontarkan kritik, dan salah‑menyalahkan.
Sebaliknya seorang pemimpin yang menganggap dirinya seba­gai seorang yang mengharapkan kerja sama, dengan memilikifungsi yang khusus, dengan sikap yang didasarkan atas penghar­gaan terhadap nilai integritas, akan berhasil untuk menciptakan suasana persaudaraan, kerja sama, dengan penuh rasa kebebasan.
Sikap yang demikian akan menumbuhkan iklim, di mana ke­lompok akan mencapai kepribadian yang dewasa dan demokratis dengan pembagian tanggung jawab yang seimbang.
2.  Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri. Ia bertanggung jawab dan ikut serta dalam memberikan perang­sang dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan men­jelaskan tujuannya. la berusaha agar para anggota bekerja sama, baik dalam perencanaan, maupun dalam pelaksanaannya dengan menetapkan tugas kelompok dan kewajiban tiap‑tiap anggota.
3.  Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan,prosedur-­prosedur kerja. Efisiensi kerja memerlukan prosedur yang tepat.Prosedur dengan sidang paripurna seringkali dirasakan kaku dalam iklim yang demokratis.Karena itu pemimpin harus mem­bantu kelompok dalam menganalisa situasi untuk kemudian me­netapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
Dalam suatu kesempatan prosedur diskusi dengan menerima.secara aklamasi memang merupakan'suatu jalan yang baik. Dalam situasi yanglain pembagian dalam panitya‑panitya adhoc mungkin dirasakan lebih produktif.
Seorang pemimpin harus dapat dipandang sebagai "ahli pro­sedur".
4.  Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan ber­sama dengan kelompok. Meskipun pemimpin bebas untuk meng­ajukan pertanyaan dan memberikan saran, ia hendaknya jangan membiasakan diri untuk mengambil keputusan bagi orang‑orang lain.
la harus menyadari bahwa kelompok mempunyai hal untuk ber­buat salah dan bahwa kelompok hanya akan menjadi dewasa dengan belajar memikul tanggung jawab untuk hal‑hal yang telah diputuskan dan dilaksanakannya sendiri.
5.  Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. yang perlu diperhatikan bukan saja apa yang dilakukan melainkan juga bagaimana suatu hal dikerjakan oleh kelompok atau perstorangan. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerja­an yang dilakukannya dan kemudian berani menilai hasilnya se­cara jujur dan objektif.
Dimensi baru untuk latihan kepemimpinan
          Penambahan pengetahuan tentang kepemimpinan yang demokratis memberikan perangsang untuk menyelenggarakan latihan kepemim­pinan yang memperhatikan 3 dimensi, yaitu sebagai ~prikut.
I . Latihan untuk mendapatkan pengetahuan dalam keahlian yang khusus, seperti ketua suatu komisi, pimpinan kelompok diskusi, pengajar suatu mata pelajaran, memimpin suatu organisasi.
2.  Latihan untuk memoeroleh pengertian umum tenta fig sikap ke­lompok yang berlaku bagi setiap kelompok dalam setiap situasi.
3.  Latihan bagi semua anggota (jadibukan hanya sebagai pemimpinsaja), agar setiap orang dapat menjalankan tugas kepemimpinan.
     Ternyata, bahwa latihan yang paling efektif ialah latihan yang dilaku­kan dengan seluruh kelompok dengan mengambil pengalaman secaraterus‑menerus.Latihan kepemimpinan yang lengkap harus menyangkut dan memperhatikan ketiga dimensi tersebut di atas.
Individualitas dan kelompok
          Kadang‑kadang dikemukakan kekhawatiran, bahwa dengan titik berat yang terlampau banyak diletakkan kepada partisipasi dalam‑ke­lompok sebagai akibat terjadi pengekangan terhadap individualisme, kemerdekaan, kreativitas, dan kepribadian.Tidak dapat disangsikan bahwa ada kalanya situasi menuntut sese­grang melakukan tugas seorang diri.labarus kreatif dalam kesepian untuk kepentingan pribadi. Tetapi dalam dunia yang kompleks dan kait‑berkait banyak pekerjaan yang tidak dapat kita kerjakan seorang diri. Maka kita harus menggabungkan diri dalam kelompok untuk mencapai apayang kita harapkan sebagai perseorangan.
          Kita memerlukan pemimpin yang menghargai kualitas dan potensi setiap anggota kelompok; pemimpin yang dapat memberi kesempatan kepada setiap orang untuk memberikan sumbangan yang sesuai de­ngan kesanggupannya dalam usaha mengajar cita‑cita bersama.Tidak boleh ada pertentangan antara individualitas dan kecakap­an bekerja dalam kelompok.Sebaliknya pemimpin yang bijaksana dan demokratis memberikan keleluasaan bagi pengembangan kepribadian masing‑masing, sehingga dapat memberikan sumbangan yan maksimal dan menikmati kepuasan hati sebagai pribadi.
Menciptakan suasana “diterima’
          yang diperhitungkan bukanlah apa yang diceriterakan kepada orang-orang, melainkan apa yang mereka terima. Orang seringkali memikirkan komunikasi sebagai satu langkah untuk meneruskan suatu ide. Sebenarnya langkah itu terdiri dari: (a) mengolah suatu ide; (b) meneruskan kepada orang-orang yang harus menjalankan ; (c) merangsang orang-orang untuk mengerjakannya.
          Suatu rencana jarang mencakup liku‑liku dan problem yang harus dipecahkan. Pemimpin harus mempelajari prosesnya, menetapkan problem‑problem, menggariskan alternatif penyelesaian dan memutuskan mana yangakan diambil.
          Kalau keputusan telah diambil, pimpinan harus meneruskannyakepada ‑orang lain. Hal ini nampaknya mudah.Pemimpin harus berbicara dengan teliti, hingga kelompok dapat memahaminya.Instruksi dapat diterima berbeda‑beda.Perubahan tugas dapat membawa akibat yang positif dan negatif.Salah pengertian disebabkan oleh pandangan yang berbeda, di samping penguasaan pengertianistilah.Hal ini harus diperhatikan.
Merangsang seorang untuk bekerja
          Menjelaskan suatu ide tidak cukup; pemimpin berkewajiban untuk mengusahakan agar hal itu dikerjakan. Motivasi merupakan dasar kerja tim (team work). Pekerja yang tahu apayang diharapkan dari padanya, yang merasa bebas untuk berdiskusi dengan atasan, akan bekerja dengan perhatian dan kegairahan yang tinggi.
          Komunikasi bebas pada umumnya menghasilkan moril dan produktivitas yang tinggi.Perbaikan dalam komunikasi hendaknya di­adakan untuk menghubungkan atasan dan bawahan.Pemimpin harus dapat menutup jurang antara policy making, management, dan administrasi.la harus menggariskan landasan di mana hal‑hal tersebut bertemu. la harus memperhatikan 3 faktor: (1) keperluan dan polisi organisasi; (2) perhatian para, pekerja; (3) tujuan dan cita‑cita sendiri. Tidak semua tujuan jabatan itu sederhana, meskipun ada tujuail ekonomis seperti kenaikan pangkat dtau gaji.Kurang disadari adanya, keinginan untuk mencari kepuasan hati. Hal ini mencakup: rasa piias' bahwa tugas dijalankan dengan baik hubungan persaudaraan antara, pimpinan dan yang dipimpin rasa aman dan terjamin, kesempatan untuk memikul sesuatu yang lebih berat.
          Pemimpin harus dengan jujur menghadapi keperluannya pribadi dan menyesuaikannya dengan keperluan organisasi dan pegawai‑pegawai yang lain. Penyelidikan membuktikan, bahwa faedah "cambuk" hanya bersifat sementara, sedangkan akibat‑akibat yang negatif dan‑merugikan itu sangat banyak.
          Orang yang memaksakan produksi dari pegawai‑pegawai yang segan dan apatis, tidak sebaik orang yang merangsang pegawai‑pegawainya untuk menjalankan tugasnya, masing‑masing dengan sebaikbaiknya. Seorang pemimpin harus mengikuti rencana dan polisi dari organisasinya, ialah yang harus meneruskannya kepada orang‑orang lain, paling tidak garis besarnya, dan hendaknya diketahui pula siapa yang dapat dimintakan bantuannya dalam hal‑hal yang khusus.
       la harus mengenal kelompoknya secara, individual, bukan secarastatistik saja. Setiap orang mempunyai pengalaman, sikap, peranandan harapan yang perlu diketahui oleh pimpinan.Siapa yang inginmengenalnya dapat menempu ' h jalan mendengarkan dan mengadakanobservasi dengan baik.Tindakan mempunyai pengaruh yang lebih besar. Dalamjangka panjang para pegawai tidak dipengaruhi oleh apayang dikatakan manajemen akan tetapi apa yang dilakukan.
          Pemimpin yang "setingkat"‑ dengan bawahannya, mau mendengarkan masalah yang mereka hadapi, yang benar‑benar memperhatikan.mereka, dapat melakukan kepemimpinan yang efektif, mes.kipun ia tidak selalu mengatakan, "Selamat pagi".
          Komunikasi harus merupakan program yang terus‑menerus, bukan yang bersifat sementara.Kalau suasana yang baik telah tercipta, maka sukarlah tergoyahkan. Kalau bawahan merasa, bahwa pimpinan sungguh‑sungguh menyayanginya, maka mereka akan selalumenaruh keperca'yaan dan menanggapi segala usul dan rencananya se­cara konstruktif dan positif. Komunikasi yang baik bergerak ke duaarah; pemimpin: mengatakan‑, memberitahu, memerintahkan (telling, informing, commanding), yang dipimpin: mendengarkan, menanyakan, menafsirkan (listening, asking, interpreting).
          Untuk mengetahui apakah pesan sampai dipahami oleh yang bersangkutan, pemimpin harus merangsang mereka untuk mengeluarkan pendapatnya, memajukan pertanyaan, dan ia harus memperhatikan masalah‑masalah yang mungkin timbul. Meskipun masalah itu ada kalanya nampak kecil, akan tetapi kalau tidak terjawab, akan merupakan rintangan bagi pengertian dan pelaksanaan.
          Pada masa persaingan seperti sekarang ini perusahaan‑perusahaandapat jatuh bangun dan hal ini banyak tergantung dari produksinya,sedangkan produksi banyak pula tergantung dari kerja tim dalam artipartisipasi dari segala potensi/unsur yang terdapat dalam perusahaanitu. Seorang pemimpin yang memanggil orang‑orangnya mengatakan."Kita menghadapi masalah besar dan saya memerlukan bantuan saudara", mungkin dapat lebih merangsang perasaan senasib dan sepe­nanggungan dari orang yang mengadakan program‑program partisi­pasi yang formal yang diperhitungkan dalam analisa terakhir, bukanlah apa yang dikatakan pada orang, akan tetapi apa yang diterimanya. Konsep komunikasi inilah yang‑ memberi tanda khas pada pimpinan yang efektif.
Empat prinsip untuk meneruskan ide supaya diterima, ialah sebagai berikut :
a.  Berbicaralah dalam satu bahasa dengan orang‑orang.
b. Janganlah “menjual" lebih dari satu ide dalam suatu ketika.
c.  Pakai contoh‑contoh yang khas untuk memberi "bumbu" padaide‑ide Saudara.
d. Jangan mempergunakan kritik saja, tetapi pakailah pula pujian­-pujian.
          Kalau memberikan perintah, perhatikanlah faktor‑faktor: mengapa,siapa, apa, bilamana, di mana, bagaimana (why, who, what, when, where, how). Suatu pemerintah hendaknya mencakup pernyataan nng jelas mengenai hasil yang diharapkan kalau tugas itu selesai. Hal im dapat memberikan jalan bagi pegawai untuk,inenetapkan, apakah pekerjaannya memenuhi persyaratan/permintaan.
          Juga cara menyampaikan perintah itu adalah penting: nada, suara, mimik, banyaknya waktu yang dipergunakan. Tindak lanjut (follow‑up) pemberian perintah tergantung dari mudah atau sukarnya tugas yang harus dilakukan dan apakah yang harus menjalankan pekerjaan itu seorang pegawai baru ataukah seorang ahli. Ada kalanya cukup hanya melihat hasil terakhir saja, akan teta~i ada kalanya setiap langkah perlu diikuti. Dalam hal ini hendaknya dihilangkan perasaan, bahwa sekorang terus‑menerus diawasi.
          Kekurangan‑kekurangan umum yang diperbuat  dalam memberikan perintah ialah:
1.  ragu‑ragu atau berbicara terlampau cepat;2.      memberikan perintah dengan cara untung‑untungan dan tergesa­-  gesa dengan asumsi bahwa pegawai sudah lebih mengetahui;3. memandang bahwa para pegawai sepatutnya memahami perintah. Kalau memberikan perintah hendaknya diperhatikan kalaukalau ada ekspresi yang menunjukkan tanda‑tanda kebingungan;4.         pengambilan waktu yang tidak baik;5.        ingin menunjukkan kekuasaan. Hal ini mudah menimbulkan rasasegan;
6.  memberikan terlampau banyak dalam suatu ketika:7.      memberikan perintahyang bertentangan;8.    mengambil manfaat dari orang‑orang yang menurut. Dengan demikian ada orang yang mendapat kelebihan beban (overloaded) dan ada yang senang‑senang;9.mengekspresikan perintah secara negatif. Dimana mungkin tonjolkanlah hal‑hal yang positif.
Kepemimpinan Pendidikan
          Dewasa ini orang‑orang yang menginginkan kebebasan, memperhatikan apa arti kepemimpinan dan bagaimana dilaksanakan dalam rangka menjunjung tinggi hak dan kebebasan untuk berpikir dan menetapkan tujuan sendiri dalam masyarakat dengan demokratis.
          Bangsa yangdemokratis menerima tantangan kepemimpinan karena kita mempunyai kepercayaan akan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan rasa tanggung jawab yang mendalam. Dengan demikian masalah‑masalah dunia harus dijawab dengan tindakan‑tindakan yang nyata (karya), bukan dengan pidato‑pidato.
          Konsep kepemimpinan yangdemokratis harus dapat dibuktikan kepemimpinannya dengan arah tindakan di mana:
1.  kebebasan pemikiran seseorang atau kelompok menghasilkan tin­dakan yang bertanggung jawab;
2.   perbedaan penilaian dan kepercayaan dapatfnemanfaatkan per­bedaan itu untuk lebih mendekati kebenaran;
3.  motivasi, perasaan dan sentimen orang‑orang mendorong dan mengarah kepada pemecahan masalah‑masalah;
4.  kelompok‑kelompok dapat mencari perimbangan antarakepentingan kelompok dan kepentingan umum;
5.  orang‑orang memakai kecakapannya dengan efektif dalam menyelesaikan masalah‑masalah;
6.  orang‑orang bukan saja memakai sumber‑sumber intern, akan tetapi meluas ke luar untuk melaksanakan imajinasi, inisiatif dan kreativitas dalam menetapkan dan memecahkan masalah-masalah.
          Dengan demikian bila demokrasi mencakup di antaranya keenam hal di atas, maka bukan saja potensi dan kebebasqn berpikir seseorang meningkat melainkan orang‑orang dan kelompok itu meningkat pula dalam penerapan intelegensi dan kebebasan berpikir untuk menyelesaikan masalah‑masalah kelompok dan masyarakat.
          Sekolah harus banyak ditentukan oleh masyarakat, baik melalui instansi atau lembaga resmi atau secara tidak resmi, schingga keinginan masyarakat dapat disalurkan dan dapat ditimbulkan kesadaran dalam hal apa rakyat dapat membantu untuk meningkatkan taraf pendidikan. Kegiatan atau sikap orang‑orang atau kelompok hendaknya diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan yang makin dapat diterima oleh mereka.
          Kegiatan kepemimpinan dapat singkat atau berlangsung lama. Dorongan dapat datang dari anggota‑anggota lain secara suka rela. Dapat pula datang dari luar.Bagaimanapun juga kegiatan kelompok hendaknya:
-     memusat pada tujuan berorientasikan nilai‑nilai
-     merangsang
-     kreatif
          Pemimpin kelompok hendaknya mempunyai pengertian, pandai merasakan apayang hidup dalam kelompok dan dapat diterima. Apayang dilakukannya dan apa yang terjadi dalam kelompok hendaknya memberikan: penjelasan, kekuatan, bantuan, saran alternatif, hubungan dan pengaturan baru, pengertian baru, pola atau cara kerja baru, motivasi, perspektif dan konsep pemikiran baru.
          Kegiatan kepemimpinan adalah lebih luas daripada apayangdapat dilukiskan dengan kata‑kata. Kegiatan itu merupakan kualitas interaksi yang memungkinkan penambahan pengertian mengenai orang‑orang.
          Sekolah hendaknya merupakan suatu loka karya di mana demokrasi dibangun. Titik berat terletak pada:
-     tugas‑tugas kepemimpinan pendidikan yang diteruskan kepada orang‑orang demokratis karena kebebasannya dan kewajiban untuk melakukan kegiatan yang bertanggung jawab yang lahir dari kebebasan itu;
-     Perhatian terhadap kesulitan‑kesulitan yang dialami dalam menu­naikan tugas ini, teori‑teori baru yang membantu warga sekolah untuk, menanggulangi kesulitan‑kesulitan, gagasan baru untuk or­ganisasi dan struktur situasi sekolah, dan akhirnya beberapa as­pek problem dengan keperluan‑keperluan mendesak untuk penye­lidikan selanjutnya.
Tugas kepemimpinan pendidikan
          Tujuan pendidikan menyebabkan sifat kepemimpinan yang berbeda,sehingga dapat tumbuh birokrasi kekuasaan dengan pengawasan yang ketat atau carayang demokratis atas dasar intelijensi untuk menemu­kan sifat program pendidikan.
          Berhubung dengan itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk memahami berbagai alternatif dengan segala konsekuensi bagi suatu pilihan tertentu.Keputusan dapat diambil pada berbagai tingkatan masyara­kat dengan melalui berbagai media dan instansi. Meskipun pemerin­tah pusat dengan hirarki vertikalnya banyak mempunyai pengaruh, nAmun tidak kecil peranan yang dapat dimainkan di tingkat daerah dengan segala kegiatan masyarakat setempat dan kepemimpinan yang terdapat di sana.
          Kegiatan kepemimpinan pendidikan hendaknya mencakup tujuanuntuk:
1).     membantu masyarakat menetapkan tujuan pendidikan;2).   memperlancar proses belajar dan mengajar, sehingga lebih efek­tif;3).   menyusun kesatuan organisasi yang produktif;4. mengkreasikan iklim perkembangan dan kesempatan tumbuhnya kepemimpinan;5). menyediakan sumber‑sumber yang baik untuk mengajar dengan     efektif.
Kalau kepemimpinan pendidikan itu efektif maka:
a.  masyarakat akan mendapat bantuan dalam menentukan tuju­annya;
b.  akan terdapat hasil dan efektivitas yang lebih besar dalam meng­ajar dan belajar;
c.  masyarakat sadar akan fungsinya sebagai penyumbang yang ber­tanggung jawab terhadap organisasi yang produktif;
d. iklim kerja akan membantu perkembangan;
e. akan diperoleh tambahan dalam sumber‑sumber yang diperlukanuntuk meningkatkan situasi belajar‑mengajar.
          Kalau kepemimpinan benar‑benar berjalan, maka akan timbulperubahan dan. penyempumaan dalam program, dalam kualitas mengajar dalam kelas dan sifat sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, sehingga dengan demikian berubah pula pandangan dan penghargaan masyarakat.

Daftar Bacaan
Covey, S.R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa aksara
Hadfield, S dan Hasson, G. 2013. Bersikap Tegas dalam Segala Situasi. Jakarta: BIP Kelompok Gramedia.
Iyeng Wiaputra.1981.Beberapa aspek Dalam Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bhratara
Maxwell, J.C. 2003. Time Out. Penyegaran Spiritual bagi para pemimpin. Mitra Media
Murdoko, E.W.H. 2013. The Leader in You. Jakarta: ElexMedia Komputindo

Setiawan, I. 2012. Kitab Motivasi. Inspirasi dalam Meraih Sukses sejati. Jakarta: Nuansa Cendika